Jam 10 malam, aku sampai di rumah setelah lelah bekerja. Aku membuka sepatuku dan meletakkan tasku di ruang keluarga. Aku menyalakan TV dan membaringkan badaku di sofa. Orchestra yang aku tunggudi tv belum tayang, sehingga lama kelamaan mataku mulai sayup. Dan tertidurlah aku..
“RENDI…bangun Rendi..”
Suara ini..aku mengenal suara ini. Suara manis dan lembut ini, ini adalah suara CLAUDIA! Aku memulai membuka mata dengan perlahan-lahan. Dan ternyata, memang CLAUDIA! Dia berpakaian putih layaknya malaikat. Lantas akupun bertanya
“Cla..Claudia, ini kamu?”
“Ya, ini aku Rendi. Aku ada di sini karena aku ingin berbicara denganmu” jawab Claudia.
“Berbicara denganku? Berbicara tentang apa, Claudia?”
“Tentang Priscilia. Kenapa kamu berbuat setega itu kepada dia selama ini?”
“Priscilia? Aku berbuat begini karena aku menganggap dia lah penyebab kematian kamu. Apakah perbuatankuku salah?!!”dengan suara sedikit membentak
.”Apakah kamu bodoh, Rendi? Buah hati yang kita dambakan selama ini, malah kau sakiti dia tanpa hati? Rendi, bukalah hatimu! Janganlah menganggap Priscilia sebagai penyebab kematianku. Aku mati karena memang sudah takdirku. Anak yang suci itu jangan kau salahkan, apalagi kau siksa. Aku mohon Rendi, sayangilah Priscil, layaknya kamu menyayangi aku. Dialah orang yang akan meneruskan aku sebagai wanita yang akan selalu mendampingimu dalam hidupmu.”
“Apakah aku bisa, Claudia? Aku pikir tak semudah itu menyayanginya” kataku.
”Kamu bisa, Ren. Anggaplah dia sebagai aku. Aku yang akan menyayangimu selalu”
“Ba..baiklah Claudia. Aku akan mencoba walau aku tahu itu sukar karena masih ada dendam dalam diriku”
Claudia mulai beranjak dari hadapanku dan mulai berjalan entah ke arah mana. Aku mulai takut apakah dia akan dengan mudahnya meninggalkanku lagi. Tapi, saat berjalan 7 langkah, dia berbalik kepadaku dan berkata
“Rendi, kamu adalah suami yang baik. Dan akan menjadi yang terbaik jika Priscilia pun kamu anggap seperti aku….”Dan kemudian, Claudia mulai melangkah lagi dan lenyaplah dia dari hadapanku.
“Claudia..Claudia… Jangan pergi.!!”
Seiring teriakanku, aku lantas terbangun dengan badan berkeringan dan nafas yang terengah-engah. Terbangun? Berarti yang kualami tadi hanyalah mimpi? Tapi rasanya seperti nyata, seperti Claudia memang datang walau melalui mimpiku. Ya, Claudia pasti datang padaku lewat mimpi dan menasehatiku dengan segala yang terjadi. Semua dendam dan prasangka burukku tentang Priscilia luntur dan lenyap karena kata-kata Claudia. Dan hari ini aku akan berubah, aku akan berubah dan akan mulai menyayangi Priscilia kemudia menjadi Suami Terbaik bagi Claudia. Walau penyesalan pasti ada dari apa yang akan kulakukan sedari dulu.
Saat aku terbangun, aku merasa aneh. Ada selimut terbalut di badanku. Yang ku ingat, aku tak pernah mengambil selimut sebelum aku tidur. Siapa yang memberikanku selimut saat aku tidur? Ibu? Tidak, ibu pasti sudah terlelap dalam tidurnya dan tak mungkin membalutkanku selimut saat dia tidur dengan lelap. Aku melihat ada segenggam kertas di atas meja di samping sofa bertuliskan “Mimpi Indah, Ayah J”. Priscilia.. Priscilia yang membalutkan aku selimut saat aku tidur? Hal ini tak pernah dilakukan oleh keluargaku yang lain selain Claudia. Dan sekarang Priscilia lah yang berbuat ini kepadaku saat aku terlelap. Aku..aku sungguh merasa berdosa dengan apa yang selama ini kulakukan kepadanya. Ternyata dia memiliki hati yang suci nan bersih, sama seperti ibunya.
Aku bergegas ke kamar Priscilia. Aku ingin meminta maaf dan memeluk dia berharap dia akan memaafkan segala dosa yang telah kuperbuat selama ini. Kubuka kenop pintunya, dan aku berteriak “Priscilia!” Tapi aku terheran, tak terdapat sosok malaikat kecil itu di kamarnya. Apa mungkin di pergi sekolah? Tidak, hari ini hari minggu. Lantas, kemanakah dia pergi? Aku lau pergi ke luar kamar, tetapi tiba-tiba langkahku tertahan karena selembar surat yang aku injak. Ku menunduk, dan membaca surat itu dan ternyata surat itu ialah undangan orang tua guna menghadiri perpisahaan murid pada tanggal 17 Februari 2007, tepat pada hari ini. Kenapa Priscilia tidak mengatakan padaku bahwa hari ini ialah hari penamatannya? Apakah ia berpikir bahwa sia-sia saja memberi tahu ayahnya karena tidak mungkin dia akan datang? Serasa membesar lagi dosa dalam batin serupa batu ini.
Ku bergegas mandi membersihkan tubuhku, yah mungkin hanya 3 menit saja. Setelah itu aku memakai baju terbaikku guna mendatangi acara penamatan Priscilia. Aku berharap sekarang dia bangga mempunyai ayah sepertiku. Akan ku tepis pemikirannya bahwa aku ini ialah ayah yang tak mengenal kasih sayang. Ayah yang akan melindungi dia dan mengajarkan dia arti kasih sayang, layaknya ayah-ayah yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar