Jumat, 13 April 2012

SUAMI TERBAIK UNTUK BUAH HATI TERCINTA part 5

Sekitar 10 menit aku sampai di gedung penamatan TK Priscilia. Yah jaraknya memang lumayan dekat dari kediamanku. Ku parkirkan mobil Terios hitamu di tempat parkir. Setelah itu, kubuka pintu mobilku dan berlarilah aku ke dalam gedung penamatan Priscilia.

Di dalam gedung penamatan, aku terkesima dengan luasnya ruangan ini. Tempat duduk yang barisannya menurun dengan teratur dan berfokus pada panggung yang megah tempat para anak-anak lucu lulusan TK mempersembahkan persembahan terakhirnya untuk guru dan orang tua.

Aku mencari Priscilia di dalam gedung itu. Tapi tak tampak wajah dan sosok malaikat kecilku itu. Yang aku lihat Cuma sosok ibu duduk diantara kerumunan orang. Aku pergi ke arah ibu dan berkata

“Ibu” kataku.

“Rendi, kenapa kamu ada di sini?” jawab ibu keheranan.

“Aku ingin meminta maaf kepada Priscilia, bu. Aku sudah tahu bahwa perbuatanku selama ini terhadapnya salah. Kali ini aku akan berubah, berubah menjadi ayah yang semestinya” .

“Hmff… Akhirnya kamu sadar Rendi. Baguslah, aku harap kamu akan menjadi ayah yang terbaik baginya” jawab ibu kepadaku.

“Jadi, dimana Priscilia sekarang?” tanyaku

“Kamu duduk saja di samping ibu, dan lihat saja yang akan terjadi!” kata ibu kepadaku.

“Ahh? Baiklah bu” jawabku

Aku duduk di samping ibu, walau tak tahu maksudnya. Tiba-tiba terdengar suara instrument dari Loudspeaker di sekeliling gedung. Tunggu dulu… Aku kenal dengan suara dari instrument ini. Ini…ini lagu “Cinta Untuk Mama” yang sering aku bawakan bersama Claudia saat aku bermain musik bersama.

“Inilah persembahan terakhir dan spesial dari murid kesayangan kita bersama, Priscilia Saufika Claudia!” Priscilia? Priscilia membawakan lagu “Cinta Untuk Mama” lagu yang sering kumainkan bersama mamanya? Aku tak sabar mendengar suara dari mulut manis anakku. Sekarang fokusku terletak di panggung megah itu.

“Pagi semua. Hari ini aku akan membawakan lagu Cinta Untuk Mama, lagu yang kupersembahkan untuk Mamaku berada di surga atas sana, juga papaku yang mungkin tak menganggapku ada”.

Apa yang kuberikan untuk mama
Untuk mama tersayang?
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta


Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama

Ku rintihkan lagi air mataku. Mataku sayup, badanku menggigil, dan lidahku tak dapat lagi berbicara apa-apa. Suara Priscilia, sungguh sungguh sangat indah. Suasana terhening, yang terdengar hanyalah suara emas Priscilia saja. Aku juga melihat banyak orang lain menangis karena suara Priscilia. Claudia, seandainya kamu masih hidup, kita dapat bermain musik lagi dengan anak kita yang akan menjadi vocalist nya.

Aku pun memberanikan diri menuju panggung tempat Priscilia bernyanyi. Akan ku tunjukkan pada dunia bahwa aku, Ayahnya juga menyayangimu Priscilia.

Setelah bernyanyi, Priscilia mengucapkan seonggok kata kepada para hadirin di gedung “Sekian yang dapat aku persembahkan kali ini. Terima kasih kepada kedua orang tuaku, juga kepada sekolah yang telah memberikan aku kesempatan berada di panggung ini. Aku berharap, kedua orang tuaku akan bangga kepadaku walaupun tak pernah sedetikpun mereka berada di sampingku”

“Kau salah, Priscilia…”

“A..ayah? Kenapa ayah di sini?”tanya Priscilia.

“Aku ada di sini karena ayah menyayangimu Priscil. Mungkin dulu ayah tak menganggapmu tiada di mata ayah, tapi sekarang ayah menganggapmu segalanya di hati ayah. Kemarilah Priscil, peluklah ayah sebagai ganti rugi karena ayah tak pernah sekalipun mengayunmu saat kamu masih dalam keadaan bayi. Apakah kamu mau menerima permintamaafan ayah?” pintaku

“Ayah…Ayah…!!”teriak Priscilia

Dia datang ke dalam pelukanku. Tak pernah sekalipun aku berbuat ini kepadanya. Dan baru sekarang aku merasakan rasanya dipeluk oleh anak sendiri. Sungguh, aku menyesal telah membuang waktuku selama ini dengan menyalahkan Priscilia sebagai penyebab kematian Claudia.

“Apa ayah janji akan menyayangi aku seperti ayah menyayangi ibu?” tanya Priscilia dengan isak tangisnya.

“Ya, ayah berjanji akan menyayangimu Priscil. Ayah janji” jawabku dengan senyuman tanda ketulusan hatiku.

Suara gemuruh tepuk tangan membanjiri gedung ini. Semua terharu, termasuk ibuku yang duduk di kursi penonton. Aku telah membuktikan kepada setiap orang bahkan dunia, bahwa aku juga menyayangi anakku sendiri, Priscilia..

Claudia, apakah kamu ada dalam gedung ini? Apakah kamu menyaksikan momen indah antara aku dan anak kita? Ataukah kamu juga telah ada dipelukan kami berdua? Atau mungkin kamu ingin menagih janjiku? Ya, janji untuk menyayangi anak kita sudah aku penuhi, aku penuhi dengan hati yang bersih dan suci. Dan sekarang aku telah mendapatkan hadiah tak ternilai, lebih dari segudang emas ataupun sebongkah berlian. Tetapi aku mendapatkan sepatah kata “Suami Terbaik” dari hatimu. Dan aku akan berusaha untuk mendapatkan sepatah kata lagi dari Priscilia, yaitu “Ayah Terbaik”. Terima kasih Claudia..Terima kasih atas segala tentangmu yang membuat hidupku lebih berarti..Terima kasih Claudia..Terima kasih…

0 komentar:

Posting Komentar