Perpisahan memang merupakan sebab utama timbulnya kekecewaan di dalam jiwa. Cinta yang telah lama dilalui bersama, dibayar dengan sebuah kata tak beradab penyebab kenestapaan, yaitu “Perpisahan”. Hal itulah yang kualami bersama Almarhumah istriku, Claudia.
***
16 Februari 2011, tepat 7 tahun kematian istriku, Claudia. Wanita yang kuharap mendampingiku dalam sepi, kini telah pergi. Wanita yang kuharap menjadi malaikat hidupku, kini telah berlalu. Semenjak hari itu, aku mengganggap semua hariku hanyalah harapan berselimutkan dusta.
Claudia meninggal saat melahirkan anak pertama kami, Priscilia. Sejak saat itu, anak yang telah ku tunggu-tunggu sebagai pelengkap keluarga, kuanggap sebagai penyebab matinya malaikatku. Keras kepala? Ya, itulah aku. Aku tak dapat menerima keadaanku saat ini. Mengapa Tuhan merenggut semua kebahagiaan yang baru sejenak kurasakan ini? Apakah Tuhan ingin melihatku menangis setiap waktu, menjerit setiap saat, dan frustasi sepanjang hari? Sungguh, aku merasa ini tak adil untukku.
***
Aku pertama kali bertemu dengan Claudia di tempat kerja. Aku adalah seorang Violinist dan Claudia adalah seorang Pianist. Kami bekerja sebagai pemain Orchestra terpandang di Indonesia. Dan Claudia merupakan pemain baru saat itu. Pertama kali aku berkenalan dengan Claudia setelah kami selesai latihan membawakan lagu klasik “Canon in D” karya Pachelbel. Saat berdansa dengan pianonya, aku merasa dia bermain dengan penuh rasa lembut. Dia bermain dengan penuh cinta, seakan-akan pianonya merupakan kekasih yang dia ajak bercengkrama kemana-mana, sampai-sampai membuat aku cemburu.
Setelah kurang lebih satu tahun bekerja bersamanya, aku menembak Claudia. Dia mengatakan “Iya” saat aku mengutarakan isi hatiku kepadanya. Dan setelah masa pacaranku selama 2 bulan, aku memberanikan diri untuk meminangnya. Aku mengajak dia ke kafe spesial kami saat kami bermalam minggu. Kafe itu telah kupersiapkan dengan suasana yang romantis. Aku tak sabar menunggu kehadirannya di kafe, walau memang perasaanku juga deg-degan saat itu takut pinanganku ditolak olehnya.
Dari pintu masuk kafe, terlihatlah sosok Claudia dengan gaun cantik seraya seorang Cinderella menghadiri pesta pangeran kerajaan. Pelayanpun mempersilahkan dia duduk di meja no.8, angka yang menurutku merupakan angka keberuntungan. Usai duduk, semua lampu di kafe itu dimatikan. Dan hanya lampu di panggung tempatku memulai aksiku yang menyala. Akupun memainkan biolaku dan memainkan lagu “To Love You More” dari Celine Dion. Aku harap dengan aku membawakan lagu ini, dia dapat menerima pinangan indah ini. Aku memainkan biolaku sama dengan dia memainkan pianonya, bermain dengan lembut dan penuh cinta. Dan aku melihat dia terpaku melihat sosokku yang sedang bermain biola.
Setelah 5 menit aku memainkan biolaku dengan kaloborasi tangan kanan yang memegang bow, dan tangan kiri bermain di finger board biola, aku mulai berbicara di depan mike guna menyatakan hasratku kepadanya. “Untuk Claudia kekasihku, mungkin ini terlalu cepat bagimu. Mungkin ini juga belum pantas untukmu. Tapi aku sudah tak dapat lagi menyimpan terlalu lama hasratku ini. Aku hanya ingin bertanya, maukah kau terima pinanganku ini? Pinangan tanpa sisa cinta yang lain? Tapi jika kamu belum dapat menerimanya, aku sanggup menunggu hingga kamu membuka hatimu untukku. Membuka pintu cahaya tempat sosok bidadari bernaung dan memainkan harpanya. Jadi apakah engkau bersedia menjadi istriku, Claudia?”. Aku melihat ia terpana dengan kata-kataku. Mungkin dia shock dengan tindakanku yang mungkin terburu-buru ini. Tapi sudahlah, aku tak boleh mundur dari apa yang kulakukan sekarang. Aku telah siap menerima setiap konsekuensi yang ada.
Tetapi, dalam gundah yang memberontak di kalbu, bersinarlah cahaya putih di sanubariku. Rona bahagia terpancar dari anggukan Claudia. Apakah itu artinya “YA”? Ya, dia menerima pinanganku dan bersedia menjadi istriku! Aku tak dapat menggambarkan bagaimana perasaanku saat itu. Yang jelas aku sudah seperti terbang di kerajaan awan cinta Claudia. Sungguh seperti di surga rasanya.
Jumat, 13 April 2012
SUAMI TERBAIK UNTUK BUAH HATI TERCINTA part 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar