Pujangga anggun penawar pesona
Mengantar senyuman merona indah bibirnya
Walau hati nyenyak tertidur dalam kelambu hampa
Hingga diriku tak mampu lagi membangunkannya
Jarak antara daku dan dirinya seraya cermin sedemikian rupa
Begitu dekat bahkan amat sangan dekat denganku
Tapi kami terpisah oleh sebuah pilar tak berwarna
Membuat diriku tak sanggup merangkulnya lagi
Dalam riangnya pagi aku terkesima
Dalam heningnya malam aku berdoa
Agar hatinya dapat merangkak lagi dalam pelukku
Memenuhi hasrat jemariku guna membelai tangan lembutnya
Ragapun kini tak berdaya
Lunglai nan letih menunggu hadirnya permaisuri cinta
Tak kuat lagi kupenjarakan anganku
Dan sabarku telah terhempas oleh dahsyatnya badai nafsu
Sampai kapan nian jiwa ini harus menunggu
Menanti ikrar tanda bersatunya cinta dua insan manusia
Tapi jiwa ini meronta tak berdaya
Bahkan pahit siksanya telah merasuk ke dalam sukma
Pagi dan malam datang silih berganti
Pada pagi hari tampak cahaya suci matahari
Pada malam hari tampak anggun sinar rembulan
Tapi sapanya tak berkunjung ke hatiku
Apakah Tuhan tega melihatku begini
Dalam keadaanku menulis aksara cinta bertintakan darah
Diselingi air mata bercucuran dari pelupuk mata
Dan jatuh dalam sunyi suasana embun pagi
Sekarang tak tahu dimana lagi cinta ini dapat berlabuh
Menentang arus ombak kejam kehidupan
Menghadapi badai pasir jahanam dari gurun
Yang kelak akan hadir dalam setiap anggun langkahku
0 komentar:
Posting Komentar